HIKMAH, Islam adlh agama wahyu, sebagai "sistem" yg diturunkan pada ummat
manusia sbg bekal untuk mengurus bumi(khalifah bumi). Kata "bumi",
identik dg perihal sosial kemasyarakatan dan aspek duniyawiyah yg
mengiringinya. Dari ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya.
Jadi, sejatinya fungsi agama itu bersifat "integral" yg meliput seluruh
kebutuhan hidup. Dari ngatur soal ibadah ritual formal hgg pada soal
sosial duniawy.
Namun, masa penjajahan 350 th Emperialisme dan kolonialisme di negeri ini, punya peran besar terhdp PEMBELOKAN POLAFIKIR ummat dlm ber-agama. Ruang gerak agama ahirnya di geser dan dipersempit menjadi hanya urusan antara manusia dg Tuhan, alias ibadah ritual formal saja dan tradisi ke-agamaan.
Hal tsb sangat kental dg aroma politik penjajah. Yakni agar ummat islam tidak menguasai ilmu dibidang duniawy dari ekonomi, politik, seni, hukum dll, shgg "cengkeram kuku jajahan mereka" tetap nancap menghisap pusaran2 aset kekayaan negeri . Tidak cukup disitu, lalu dikuatkan lg dg progarm "dikhotomi ilmu". Alias pemisahan antara imu agama & ilmu umum.
Akibatnya, banyak ummat islam yg meminggirkan bahkan alergi terhdp ilmu2 umum ato ilmu duniawy. Shgg mucul "jargon" dikalangan kaum taradisional entah darimana asalnya, bhw "ilmu duniawy dianggap tak bisa ngantar manusia ke altar syurgawy". Mereka pun lbh konsern pd ilmu agama saja.
Tak pelak, generasi muslim pun mengalami gagap sains dan tehnonolgi. So? penjajahan pun ternyata masih berlangsung, namun tlah bermetamorfosis menjadi "imperialisme modern". Lebih lembut, strategik, bertopeng budaya, namun daya capaianya lebih dahsyat.
MERASA SUDAH ADA SYI'AR
Ironisnya, ummat islam skrg ini ketika di hibur dg ditayangkannya ritual salat jum'at di TV, lalu salat tarawich, jg perjalanan ritual ibadah haji tiap tahun yg bisa dilihat manusia seluruh dunia, merasa sudah ada "syi'ar islam dimana mana". Di tambah lg dg asyiknya mereka dg suara "corong toa" dari berbagai masjid yg sering "over-akting" dlm ngatur volumenya ditengah malam dan fajar hari. Shgg yg terdengar bagai musik rock yg membisingi hening indahnya fajar.
Tanpa mereka sadar, bhw hal tsb adlh upaya peninabobokan dari "imperialisme dan kolonialisme modern", agar ummat tetap tidurpulas dipangkuannya, tanpa harus repot2 ngurus wilayah duniawiyah. Tapi cukup duduk manis di kantor saja sbg pegawai negri dan dikantor swasta milik PT asing di dllm negeri atas namap inverstor & kerjasama .
Ato kalolah ada ummat islam dan bangsa ini diberi wilayah duniawi, menurut sang penjajah cukuplah diekspresikan lewat partai politik dan kroninya TAPI YG BASAH DENGAN KORUPSI, hehehe. So? makin kencang dan keraslah tawa-tawa puas para desainer kapitalisme libral.
(Analisis &Refleksi)
Namun, masa penjajahan 350 th Emperialisme dan kolonialisme di negeri ini, punya peran besar terhdp PEMBELOKAN POLAFIKIR ummat dlm ber-agama. Ruang gerak agama ahirnya di geser dan dipersempit menjadi hanya urusan antara manusia dg Tuhan, alias ibadah ritual formal saja dan tradisi ke-agamaan.
Hal tsb sangat kental dg aroma politik penjajah. Yakni agar ummat islam tidak menguasai ilmu dibidang duniawy dari ekonomi, politik, seni, hukum dll, shgg "cengkeram kuku jajahan mereka" tetap nancap menghisap pusaran2 aset kekayaan negeri . Tidak cukup disitu, lalu dikuatkan lg dg progarm "dikhotomi ilmu". Alias pemisahan antara imu agama & ilmu umum.
Akibatnya, banyak ummat islam yg meminggirkan bahkan alergi terhdp ilmu2 umum ato ilmu duniawy. Shgg mucul "jargon" dikalangan kaum taradisional entah darimana asalnya, bhw "ilmu duniawy dianggap tak bisa ngantar manusia ke altar syurgawy". Mereka pun lbh konsern pd ilmu agama saja.
Tak pelak, generasi muslim pun mengalami gagap sains dan tehnonolgi. So? penjajahan pun ternyata masih berlangsung, namun tlah bermetamorfosis menjadi "imperialisme modern". Lebih lembut, strategik, bertopeng budaya, namun daya capaianya lebih dahsyat.
MERASA SUDAH ADA SYI'AR
Ironisnya, ummat islam skrg ini ketika di hibur dg ditayangkannya ritual salat jum'at di TV, lalu salat tarawich, jg perjalanan ritual ibadah haji tiap tahun yg bisa dilihat manusia seluruh dunia, merasa sudah ada "syi'ar islam dimana mana". Di tambah lg dg asyiknya mereka dg suara "corong toa" dari berbagai masjid yg sering "over-akting" dlm ngatur volumenya ditengah malam dan fajar hari. Shgg yg terdengar bagai musik rock yg membisingi hening indahnya fajar.
Tanpa mereka sadar, bhw hal tsb adlh upaya peninabobokan dari "imperialisme dan kolonialisme modern", agar ummat tetap tidurpulas dipangkuannya, tanpa harus repot2 ngurus wilayah duniawiyah. Tapi cukup duduk manis di kantor saja sbg pegawai negri dan dikantor swasta milik PT asing di dllm negeri atas namap inverstor & kerjasama .
Ato kalolah ada ummat islam dan bangsa ini diberi wilayah duniawi, menurut sang penjajah cukuplah diekspresikan lewat partai politik dan kroninya TAPI YG BASAH DENGAN KORUPSI, hehehe. So? makin kencang dan keraslah tawa-tawa puas para desainer kapitalisme libral.
(Analisis &Refleksi)
Kudus 15 des 2013~
By: Hamory Hasan Makmoery
Grup: AL HIKMAH
0 komentar:
Posting Komentar