HIKMAH, Ummat islam abad kini bersatunya hanya saat ada propaganda murahan dari
barart yg terkesan melecehkan ummat islam, baik lewat film maupun
lewat lukisan karikatur yg menghinakan Nabi. Betapa mudahnya mereka
bersatu dalam nada dan irama hujatan terhadap barat nan membahana dan
bergelora di berbagai belahan dunia.
Gelombang demonstrasi itu seakan menyimpan "magnet grafitasi" yg luar biasa. Sehigga parade manusia dalam jumlah besar itu tarik menarik secara solid, layaknya tarian kolosal di panggung teater raksasa.
Namun? Sayang sekali, setlah isyu itu mengilang ke peraduan, mereka pun kembali ke barak masing2 dan agenda drama harian pun mulai digelar lagi. Yakni saling menjegal, bertengkar, menebar fitnah, persaingan gak sehat dll, laksana kehidupan mahluq di rimba raya.
Gelombang demonstrasi itu seakan menyimpan "magnet grafitasi" yg luar biasa. Sehigga parade manusia dalam jumlah besar itu tarik menarik secara solid, layaknya tarian kolosal di panggung teater raksasa.
Namun? Sayang sekali, setlah isyu itu mengilang ke peraduan, mereka pun kembali ke barak masing2 dan agenda drama harian pun mulai digelar lagi. Yakni saling menjegal, bertengkar, menebar fitnah, persaingan gak sehat dll, laksana kehidupan mahluq di rimba raya.
Satu lagi, persatuan mereka juga hebat ketika sedang korupsi, suap, mengintimidasi rakyat dll. Di sini mereka benar2 berjama'ah dg shaf amat rapi. So?, ternyata implementasi jama'ah shalat itu di letakkan pada saat beroprasi di ranah KEMAKSIATAN POLITIK.
Setiap pagi saat terjaga, yg terfikir dibenaknya adalah "hari ini makan siapa". "Bukan hari ini makan apa". Sungguh jargon yg mengerikan. Betapa ironis, negeri yg notabene kaya akan aset ekonominya. Namun, ketentraman dan kemakmuran tak jua hadir. Reformasi berlalu tanpa hasil yg nyata. Yg terjadi adalah justru REPOT NASI.
Seandainya Nabi masih ada, tentu akan menangis berat. Sebab ketika belio akan wafat, yg slalu di ucapkan adalah kalimat: UMMATII UMMATII = ummatku ummatku. Sebuah ekspresi cinta kasihnya yg tulus terhdp ummatnya. Agar tetap bersatu dalam atmosfer islam .
Dan kalaulah seandainya belio melihat karikatur penghinaan pun, tentu hanya akan teretawa dan rileks saja, sambil bilang "no comment. begitu kira-kira. Perlu kita ingat, bahwa dalam sejarah beliao, selama tidak dihina dan diperangi scr terlalu yang bisa mengancam fisik, tak pernah membalas.
Bahkan malah sering mendo'akan agar yg menyakitinya dapat petunjuk dari Allah. Duh, sungguh luhur budimu ya Rasul.Dengan katan lain, jika belio diperangi scr fisik, tentu akan membalas dg gagah berani.
Hanya saja, era sekarang sudah beda persoalan. Budaya perang sudah bergeser, dari perang fisik menjadi perang non fisik. Alias perang pemikiran dan budaya(ghozwulfikri).
Jadi, kalolah Nabi masih ada, belio tidak hanya tertawa saja, tapi dg sigap dan cerdas segra mempersiapkan strategi budaya dan pemikiran tuk menghadapi lawan muslim. Tidak seperti genersai muslim sekarang, yaaah, masak sich, senjata "ilmu dan strategi budaya" kok di lawan dg senjata "demo fisik sesa'at" atasnama cinta Rasul?
Tentu mereka(barat) semakin menari girang sambil mentertawakan kaum muslimin yg "miskin" polapikir, seraya berkata: "ranjau2ku suksess full" !!hahaa, begitu kira-kira kelakarnya.
Sungguh polapikir ummat muslim sangat mengenaskan. Maka, sengaja saya sering getarkan disetiap ruang, bahwa "revolusi polapikir" generasi muda muslim sudah sangat amat mendesak.
Mereka harus sadar bahwa sejak era "renaissence" eropa higga kini, ummat islam masih dalam kegelapan. Masih asyik tidur ngorok dipangkuan imperialisme modern. Allahu a'am
(Refleksi)
Kudus 26 des 2013»
By: Hamory Hasan Makmoery
Grup: AL HIKMAH
0 komentar:
Posting Komentar