HIKMAH, Hidup adalah pagelaran seni kolosal
Seluruh "ritme" kehidupan manusia membutuhkan sentuhan seni . Sebab hidup adalah seni itu sendiri.
Manusia sebagai aktor kehidupan, dalam seluruh aktivitas duniawinya, slalu di awali dg "grand opening"pagelaran seni alam. Yakni kala fajar menyingsing di ufuq timur, dg parade lantunan syahdu kokok ayam jantan disetiap sudut desa sebagai musik alam, yg kemudian disambut dg layar raksasa, berupa bentangan langit-fajar yg indah dg warna jingga kemerahan sebagai dekorasi alam.
Fase berikutnya, seluruh ummat manusia bertebaran di pangung raksasa ,alias bumi, untuk mengambil teks skenario, alias beragam profesi duniawiyah, dari ekonomi, politik budaya dll, sebagai lakon yg harus diperankan. Kadang berperan suka kadang duka, kadang pula berperan antagonis, sesuai dg sekenario yg disiapkan oleh Sang Maha Sutradara.
Setelah sehari setiap lakon berlangsung, lalu di tutup pula dg "pagelaran temaram senja" yg sarat dg pertunjukan kolosal alam . Dari seni dekorasi dg warna-warni mega-meganya, shahdu suara nyanyian ombak samudranya, tarian gemulai camarnya, sebagai tanda jelang malam, skaligus tanda ber-ahirnya "aktivitas manusia" dalam sehari menuju peraduannya tuk beristirahat . Sebab Sang Maha Indah memang memberikan waktu malam untuk tidur, yg berarti isirahat. Sebagaimana firmanNya pada : Qs annabaa' 9~10~11.
Begitulah siklus roda kehidupan manusia yg terus berjalan, mengiringi usia manusia , agar mereka mampu menjalani hidup dg penuh "rasa indah", meski kadang "peran" duka dan sedih harus kita terima. Tiada lain hanyalah agar kita mau berfikir dan mempelajari apa "rahasia hikmah" dibalik peran itu semua.
Sebab, Sang Kholiqul-'alam menimpakan kemurkaan terhadap para aktor/manusia yg tidak mau menggunakan aqalnya untuk BERFIKIR. Sesuai firmanNya pada : Qs yunus 100 .
(Refleksi)
By : Hamory Hasan Makmoery
Manusia sebagai aktor kehidupan, dalam seluruh aktivitas duniawinya, slalu di awali dg "grand opening"pagelaran seni alam. Yakni kala fajar menyingsing di ufuq timur, dg parade lantunan syahdu kokok ayam jantan disetiap sudut desa sebagai musik alam, yg kemudian disambut dg layar raksasa, berupa bentangan langit-fajar yg indah dg warna jingga kemerahan sebagai dekorasi alam.
Fase berikutnya, seluruh ummat manusia bertebaran di pangung raksasa ,alias bumi, untuk mengambil teks skenario, alias beragam profesi duniawiyah, dari ekonomi, politik budaya dll, sebagai lakon yg harus diperankan. Kadang berperan suka kadang duka, kadang pula berperan antagonis, sesuai dg sekenario yg disiapkan oleh Sang Maha Sutradara.
Setelah sehari setiap lakon berlangsung, lalu di tutup pula dg "pagelaran temaram senja" yg sarat dg pertunjukan kolosal alam . Dari seni dekorasi dg warna-warni mega-meganya, shahdu suara nyanyian ombak samudranya, tarian gemulai camarnya, sebagai tanda jelang malam, skaligus tanda ber-ahirnya "aktivitas manusia" dalam sehari menuju peraduannya tuk beristirahat . Sebab Sang Maha Indah memang memberikan waktu malam untuk tidur, yg berarti isirahat. Sebagaimana firmanNya pada : Qs annabaa' 9~10~11.
Begitulah siklus roda kehidupan manusia yg terus berjalan, mengiringi usia manusia , agar mereka mampu menjalani hidup dg penuh "rasa indah", meski kadang "peran" duka dan sedih harus kita terima. Tiada lain hanyalah agar kita mau berfikir dan mempelajari apa "rahasia hikmah" dibalik peran itu semua.
Sebab, Sang Kholiqul-'alam menimpakan kemurkaan terhadap para aktor/manusia yg tidak mau menggunakan aqalnya untuk BERFIKIR. Sesuai firmanNya pada : Qs yunus 100 .
(Refleksi)
By : Hamory Hasan Makmoery
Grup: AL HIKMAH
Kudus 16 jan 2014~
Kudus 16 jan 2014~
0 komentar:
Posting Komentar