HIKMAH, Jika seseorang telah mencintai kita , maka apa pun hal-hal baik dan
halal yg kita pinta akan slalu dipenuhi . Kecintaan Tuhan terhadap
hambaNya tentu jauh lebih indah dan dahsyat dari itu semua , bagi
siapapun yg slalu mau mendekat dan mencintaiNya
Pada dasarnya , stiap manusia yg ber-agama , meyakini adanya alam
keabadian , dimana kebahagiaan yg di ilustrasikan lewat penggambaran
istana syurgawi dalam kitab suci ,yg senantiasa di dambakan . Maka
konsekwensi logisnya pun mereka jalani dengan mentaati syare'at agama ,
dimana para peng-ingkar dan pelanggarnya pun juga digambarkan dalam
kitab suci akan mendapat sangsi siksa di neraka .
Pada hekatnya , pembentangan ilustrasi tentang "syurga dan neraka" adalah "tahab awal" dari cara Tuhan mendidik dan mensugesti manusia agar mereka punya semangat ber-agama dengan penuh desiplin dan konsisten pada pakem2nya . Cara ini ,menginspirasi hambaNya , yakni para orangtua murid termasuk para guru TK/SD yg memberi iming2 hadiah pada muridnya , agar rajin belajar .
Adapun tujuan belajar adalah agar murid menjadi pintar dan pandai lewat belajar dan membaca dengan kesadaran sendiri , dimana pada muaranya , iming2 hadiah materi yg bersifat sugesti formal sudah tidak lagi semta-mata menjadi obsesi lagi . Sebab , sugesti hakiki orang belajar adalah "cinta" imu dan pengetahuan . cinta ilmu adalah gerbang menuju bahagia . Adapun jika sudah "melek" lmu lalu mendapat hadiah meterial, itu adalah sebagai "efek" yg merupakan "reward" atao konsekwensi logisnya . Artinya , hadiyah bukan sebagai tujuan .
Begitupun dalam ber-agama . Sejatinya , tujuan ber-agama adalah untuk beribadah/mengabdi padaNya yg diekspresikan lewat tugas2 kehalifahan bumi . Yakni ber-saleh individu dan ber-saleh sosial .
Saleh individu = shalat dan ibadah ritual formal lainnya
Saleh sosial = berbaik pada sesama , alam , dan berbagai aspeknya , termasuk mensejahterakan mereka dan menciptakan nuansa damai di dalamnya .
Adapun ganjaran syurgawi adalah sebagai "efek" , hadiah, atau konsekwensi logis dari para ahli ibadah "sejati" . Yakni mereka yg "tulus ihlas" mencintaiNya , lewat peng-ekspresian ibadah ritual formal (saleh individual) dan ibadah sosial (saleh sosial) secara seiring sejalan dan seirama .
Akan tetapi , ummat islam pada abad kekinian , pada pada umumnya , peroses religiusitasnya banyak yg hanya terbius iming2 syurga dan takut pada neraka . Sehingga perjalanan batinnya menjadi bias , yg ahirnya berakibat pada ketakseimbangan spiritual . Lalu yg muncul adalah corak ber-agama yg berkuwalitas "upah dan ganjaran" . Bukan jiwa yg berkuwalitas "pecinta" , yg lebih ber-orientasi pada kesejukan ridhaNya dan menggapai cahaya rahmatNya .
Ato dengan analog lain : potret kuwalitas "pekerja yg bermodal otot/fisik " , bukan kuwalitas "profesional" yg bermodal "imu dan skill".
Analog ibadah yg bercorak kuwalitas "pekerja dg bermodal otot" inilah yg pada oprasionalnya seringkali menjadi korban dari "proyek POLITISASI agama" . Sebab , sendi-sendi ruhaninya lemah , sehingga mudah terombang ambing badai "konspirasi" , yg pada muaranya justeru malah bisa berdampak semakin menjauhi Tuhan .
So? Kita pilih kuwalitas ibadah yg manakah di antara kedua format diatas ? Ataukah kombinasi antara keduanya ? Silahkan jawab sendiri dalam renungan .
Allahu a'lam
(Refleksi)
10 jan 2014 »
Pada hekatnya , pembentangan ilustrasi tentang "syurga dan neraka" adalah "tahab awal" dari cara Tuhan mendidik dan mensugesti manusia agar mereka punya semangat ber-agama dengan penuh desiplin dan konsisten pada pakem2nya . Cara ini ,menginspirasi hambaNya , yakni para orangtua murid termasuk para guru TK/SD yg memberi iming2 hadiah pada muridnya , agar rajin belajar .
Adapun tujuan belajar adalah agar murid menjadi pintar dan pandai lewat belajar dan membaca dengan kesadaran sendiri , dimana pada muaranya , iming2 hadiah materi yg bersifat sugesti formal sudah tidak lagi semta-mata menjadi obsesi lagi . Sebab , sugesti hakiki orang belajar adalah "cinta" imu dan pengetahuan . cinta ilmu adalah gerbang menuju bahagia . Adapun jika sudah "melek" lmu lalu mendapat hadiah meterial, itu adalah sebagai "efek" yg merupakan "reward" atao konsekwensi logisnya . Artinya , hadiyah bukan sebagai tujuan .
Begitupun dalam ber-agama . Sejatinya , tujuan ber-agama adalah untuk beribadah/mengabdi padaNya yg diekspresikan lewat tugas2 kehalifahan bumi . Yakni ber-saleh individu dan ber-saleh sosial .
Saleh individu = shalat dan ibadah ritual formal lainnya
Saleh sosial = berbaik pada sesama , alam , dan berbagai aspeknya , termasuk mensejahterakan mereka dan menciptakan nuansa damai di dalamnya .
Adapun ganjaran syurgawi adalah sebagai "efek" , hadiah, atau konsekwensi logis dari para ahli ibadah "sejati" . Yakni mereka yg "tulus ihlas" mencintaiNya , lewat peng-ekspresian ibadah ritual formal (saleh individual) dan ibadah sosial (saleh sosial) secara seiring sejalan dan seirama .
Akan tetapi , ummat islam pada abad kekinian , pada pada umumnya , peroses religiusitasnya banyak yg hanya terbius iming2 syurga dan takut pada neraka . Sehingga perjalanan batinnya menjadi bias , yg ahirnya berakibat pada ketakseimbangan spiritual . Lalu yg muncul adalah corak ber-agama yg berkuwalitas "upah dan ganjaran" . Bukan jiwa yg berkuwalitas "pecinta" , yg lebih ber-orientasi pada kesejukan ridhaNya dan menggapai cahaya rahmatNya .
Ato dengan analog lain : potret kuwalitas "pekerja yg bermodal otot/fisik " , bukan kuwalitas "profesional" yg bermodal "imu dan skill".
Analog ibadah yg bercorak kuwalitas "pekerja dg bermodal otot" inilah yg pada oprasionalnya seringkali menjadi korban dari "proyek POLITISASI agama" . Sebab , sendi-sendi ruhaninya lemah , sehingga mudah terombang ambing badai "konspirasi" , yg pada muaranya justeru malah bisa berdampak semakin menjauhi Tuhan .
So? Kita pilih kuwalitas ibadah yg manakah di antara kedua format diatas ? Ataukah kombinasi antara keduanya ? Silahkan jawab sendiri dalam renungan .
Allahu a'lam
(Refleksi)
10 jan 2014 »
By: Hamory Hasan Makmoery
Grup: AL HIKMAH
0 komentar:
Posting Komentar