HIKMAH, Hasil pengamatan para pakar , bangsa indonesia dikenal sbg bangsa yg
boros , konsumtiv . Semua produk lokal hgg impor laris manis dan ludes
terjual di semua pasar, meski pada produk2 tertentu dibeli dg cara
kredit, alias = hutang tapi diperhalus.
Satu sisi, sejuta iklan di sebar di segala "mas media" terutama TV swasta dg menawarkan berbagai produknya, tanpa peduli kapasitas "daya beli" masyarakatnya yg notabebene banyak yg masih"ngos-ngosan".
Untuk menjawab iklan-iklan tsb, tentu di lengkapi dg membanjirnya MALL-MALL ato pasar modern lainnya di setiap kota nusantara tanpa kendali , dan terus berpacu memamerkan segala macam produk yg sekiranya mampu membuat berjuta pasang mata terjerat dan terpikat , lalu terpaksa untuk harus "membeli" ato mengkonsumsi .
RUMUS PENGUSAHA
Pengusaha ato pedagang , akan bahagia jika apa yg di jual laris manis. tak peduli pembelinya sdg belajar ekonomis/ngirit dan tak peduli pula uang darimana sang pembeli mendapatkannya, pinjam ato bahkan hasil korupsi . Itu bukan urusan dia .
RUMUS PEMBELI
Nabi mengajarkan kita agar menghindari sikap boros/konsumtif, beli segala sesuatu tanpa aturan. Sebaliknya, pedagang tak pernah peduli pada sikap dan polapikir pembelinya. Mau boros kek, nggak kek, itu bukan urusannya. Karna skali lagi , pikiran yg ada di benak pedagang hanya satu: yakni laris ludes.
Dan bisa jadi sang pedagang justeru malah menerapkan "pola hidup sederhana"(tidak boros) pd keluarganya. Stidaknya, sebagai strategi untuk mendongkrak "profitivitas" guna mendulang pundi-pundinya .
Artinya
Dalam konteks usaha/dagang , ajaran agama(pola sederhana) di terapkan di kluarga pengusaha sendiri, akan tetapi cenderung terkesan tidak menginginkan penerapannya dlm keluarga lain dan publik scr luas yg menjadi konsumennya.
So? Bagaimana agar ajaran Nabi ttg HIDUP SEDERHANA tidak terkesan memisah dg semangat pengusaha scr umum? yg tentunya mereka juga ngerti positifitas ajaran tsb dalam konteks pemerataan ekonomi ,
Lalu...... darimana "akar" potensi ekonomi negeri ini diperbaiki? Agraria? Maritim? industri? shgg keseimbangan antara "daya beli" masyarakat dan pengusaha benar-benar mewujud dg penuh harmony?
(Refleksi)
By : Hamory Hasan Makmoery
Satu sisi, sejuta iklan di sebar di segala "mas media" terutama TV swasta dg menawarkan berbagai produknya, tanpa peduli kapasitas "daya beli" masyarakatnya yg notabebene banyak yg masih"ngos-ngosan".
Untuk menjawab iklan-iklan tsb, tentu di lengkapi dg membanjirnya MALL-MALL ato pasar modern lainnya di setiap kota nusantara tanpa kendali , dan terus berpacu memamerkan segala macam produk yg sekiranya mampu membuat berjuta pasang mata terjerat dan terpikat , lalu terpaksa untuk harus "membeli" ato mengkonsumsi .
RUMUS PENGUSAHA
Pengusaha ato pedagang , akan bahagia jika apa yg di jual laris manis. tak peduli pembelinya sdg belajar ekonomis/ngirit dan tak peduli pula uang darimana sang pembeli mendapatkannya, pinjam ato bahkan hasil korupsi . Itu bukan urusan dia .
RUMUS PEMBELI
Nabi mengajarkan kita agar menghindari sikap boros/konsumtif, beli segala sesuatu tanpa aturan. Sebaliknya, pedagang tak pernah peduli pada sikap dan polapikir pembelinya. Mau boros kek, nggak kek, itu bukan urusannya. Karna skali lagi , pikiran yg ada di benak pedagang hanya satu: yakni laris ludes.
Dan bisa jadi sang pedagang justeru malah menerapkan "pola hidup sederhana"(tidak boros) pd keluarganya. Stidaknya, sebagai strategi untuk mendongkrak "profitivitas" guna mendulang pundi-pundinya .
Artinya
Dalam konteks usaha/dagang , ajaran agama(pola sederhana) di terapkan di kluarga pengusaha sendiri, akan tetapi cenderung terkesan tidak menginginkan penerapannya dlm keluarga lain dan publik scr luas yg menjadi konsumennya.
So? Bagaimana agar ajaran Nabi ttg HIDUP SEDERHANA tidak terkesan memisah dg semangat pengusaha scr umum? yg tentunya mereka juga ngerti positifitas ajaran tsb dalam konteks pemerataan ekonomi ,
Lalu...... darimana "akar" potensi ekonomi negeri ini diperbaiki? Agraria? Maritim? industri? shgg keseimbangan antara "daya beli" masyarakat dan pengusaha benar-benar mewujud dg penuh harmony?
(Refleksi)
By : Hamory Hasan Makmoery
Grup: AL HIKMAH
Kudus 11 jan 2014 ~
Kudus 11 jan 2014 ~
0 komentar:
Posting Komentar