Home » » AYAT-AYAT ALAM & SUBSTANSI BER-AGAMA

AYAT-AYAT ALAM & SUBSTANSI BER-AGAMA

Post By KUMPULAN KUNCI JAWABAN LENGKAP on Jumat, 15 Agustus 2014 | 09.03

HIKMAH, Seluruh fenomena alam selalu ada lapis permukaan dan ada lapis isi . Semisal , buah-buahan , ada kulit luar dan ada isi buah yang menjadi "inti" terpenting serta mengandung nutrisi & gizi , untuk di makan manusia sehingga menjadi sumber "energi", untuk berbagai "gerak kebudayaan" , sebagai wujud dan ekspressi beribadah padaNya .....

Begitu pun seharusnya manusia dalam ber-agama . Dalam khazanah islam secara umum dikenal dengan istilah "syare'at & hakekat" .

Tata cara ibadah salat , puasa dan ibadah mahdhah lainnya di sebut sebagai "syare'at" . Ada pun implementasi dari nilai2nya kedalam perilaku keseharian disebut sebagai "hakekat" ...

Disiplin ilmu yang bicara tentang tata cara ibadah salat , puasa dll di sebut sebagi "ilmu fiqih" . Ada pun disiplin ilmu yang bicara soal inti makna atau oprasional dari nilai2 ibadah mahdhah di sebut sebagai "ilmu tasawwuf" ...

Pemahaman simpel dari ke-dua displin ilmu tsb adalah sbb : Puasa , adalah tata-cara yang berupa "menahan makan dari wakitu fajar hingga waktu magrib tiba . Inilah yang di sebut sebagai : ilmu syare'at .

Adapun tujuan dari tata-cara puasa tsb adalah : agar manusia mau berupaya secara optimal menahan hawa-nafsunya dari melakukan berbagai sikap & perilaku yang dilarang oleh agama ..Semisal melukai hati orang , hasad , ujub , ghibah , serakah , korupsi , menfitnah dll . Inilah yang disebut wilayah hakekat . Bisa juga di sebut ilmu "saripati hidup" .

Sebagai "ending" dari berpuasa , diwajibkan untuk zakat fitrah yang diberikan pada orang yang berhak menerima . Ini juga masih wilayah "syare'at" . Adapun "hakekatnya" adalah ; berupaya terus melatih diri "spanjang hidup" untuk membuka hati yang terdalam , guna menumbuhkan rasa "cinta-kasih" dan rasa humanis pada sesama manusia dari yang terdekat hingga di seluruh belahan dunia .....

So ? Di dalam ibadah puasa , ada dua pelajaran penting sebagai "saripati hidup" yang juga bisa di sebut sebagai "puncak dari ber-agama" itu sendiri , yakni : "menahan/mengendalikan gejolak hawa nafsu" , lalu penumbuhan "rasa cinta" dan kepedulian pada sesama , sebagai manifestasi dari kecintaan kita pada Allah Sang khaliqul'alam ....

Dengan kata lain , syare'at puasa mengandung aspek fertikal & horizontal ...

EVALUASI & INTOSPEKSI
Jika kita rasakan dan kita telaah sejarah "lelaku" kaum muslimin abad belakangan ini dari tahun ke tahun , betapa ketika Ramadhan tiba , "indek" spiritalitas mereka tiba-tiba meninggi tidak sperti sebelumnya yang penuh dengan ketimpangan , semangat berbagi antar sesama pun semarak diseluruh ranah penduduk muslim . Ibadah baca Alqur'an/tadarrusan bergema di setiap Masjid .

Namun ? setelah Ramadan usai , secepat kilat suasana religius dan "gema spiritual" yang indah itu tiba-tiba kembali ke "indek" yang terendah lagi sebgaimana semula , yakni , hawa nafsu yang tanpa kendali dan redupnya "cahaya spiritual" pada diri-diri mereka......Jika kita jujur , faktor penyebab itu semua adalah , orientasi beribadah yang hanya di dominasi oleh faktor "pahala" semata , meski harapan pahala itu memang manusiawi dan Allah pun menjanjikan sebgaimana yang tertera dalam firmanNya . Tapi tujuan utama bukanlah itu . Sebab jika hanya pahala semata yang diharap , maka bisa disebut hamba yang berkwalitas "upah" . Kalo tanpa upah ya tidak kerja , begitu kira-kira ilustrasinya .

Padahal , yang di harapakan Allah adalah hamba yang berkwalitas PECINTA dan MUHLISIN . Yakni kuwalitas beribadah yang berorientasi "hanya mengharap ridha dan cintaNya" . Adapun faktor pahala , adalah lebih sebagai "motivasi" . Bukan tujaun utama . Dengan kata lain , ketika beribadah masih hanya didominasi faktor "pahala"saja , maka bisa dikatakan belum sampai pada "singgasana hakekat" .

So ? Jika masih seperti ini kwalitas mayoritas ummat muslim di seluruh belahan dunia , bisa di prediksikan tidak kunjung hadir "kebangkitan moral & dan spiritual" yang merefleksikan sikap damai , humanis , peduli , berbudaya dan beradab . Lalu ??? Ya , semua kembali bertanya pada diri sanubari kita masing-masing : Maukah kita bersemangat membuka "gerbang istana hakekat" ? itu saja kuncinya .

Sebab ? jika hanya pada level syare'at saja , ibarat orang bepergian baru berada di jalanan yang menuju arah tujuan , tapi sejatinya dia belum berjalan menuju "tujuan" kemana dia pergi . Model sperti ini belum bisa dikatakan "kaffah" dalam ber-agama sebagaimana yang diharapkan Islam .

So , level syare'at harus sampai pada level hakekat , sehingg pada ahirnya akan berjalan seiring sejalan dan serirama ...

Alllahu a'lam , selamat berpuasa ....
Refleksi
By : Hamory
Kudus ~5juli20014~
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : AL HIKMAH | BERITA TERKINI | AL HIKMAH
Copyright © 2013. AL HIKMAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger